Cegah Teror Bom, Polisi Jangan Fokus Ke Teroris Laki-laki Saja

Peneliti Institute For Policy Analysis Of Conflict (IPAC), Dyah Ayu Kartika mengatakan, selama ini kita disajikan narasi perempuan itu diikutkan dalam aksi terorisme. Padahal sebenarnya tidak.

“Mereka dari awal sadar bisa melakukan aksi jihad. Makanya mereka mencari suami yang bisa melakukan jihad juga. Bahkan, terkadang pernikahan itu hanya syarat melakukan jihad,” ujarnya, Senin (5/4).

Menurut dia, hal Itu bisa dilihat kasus yang di Medan. Itu kan bisa dibilang istrinya tiga. Yang satu yang meledakkan diri dengan anaknya dan dua istri lainnya memang dinikahkan untuk melakukan aksi jihad. 

“Jadi bukan karena alasan apapun, ya pernikahan memang untuk melakukan amaliyah,” bebernya.

Menurut dia, aparat harus mempelajari jaringan teror perempuan. Padahal, penggalian cukup dengan melihat petanya.

“Jadi upaya-upaya untuk memahami jaringan perempuan itu sendiri belum begitu kuat atau belum begitu banyak dilakukan oleh aparat. Makanya kita jarang untuk memahami serius polanya seperti apa,” bebernya.

Dia mengapresiasi penangkapan teroris oleh aparat. Namun, sayangnya mereka hanya fokus pada laki-laki. Padahal, perempuan punya posisi yang sama strategisnya dengan laki-laki. 

Bagaimana mereka bisa merekrut perempuan? Menurut dia, biasanya dilakukan online. Karena kalau perempuan-perempuan ini kadang sambil jualan online. Apalagi sekarang masa pandemi itu lebih banyak online. Lalu kajian online gitu dan itu bisa antarpulau antarprovinsi. [UMM]

]]> Peneliti Institute For Policy Analysis Of Conflict (IPAC), Dyah Ayu Kartika mengatakan, selama ini kita disajikan narasi perempuan itu diikutkan dalam aksi terorisme. Padahal sebenarnya tidak.

“Mereka dari awal sadar bisa melakukan aksi jihad. Makanya mereka mencari suami yang bisa melakukan jihad juga. Bahkan, terkadang pernikahan itu hanya syarat melakukan jihad,” ujarnya, Senin (5/4).

Menurut dia, hal Itu bisa dilihat kasus yang di Medan. Itu kan bisa dibilang istrinya tiga. Yang satu yang meledakkan diri dengan anaknya dan dua istri lainnya memang dinikahkan untuk melakukan aksi jihad. 

“Jadi bukan karena alasan apapun, ya pernikahan memang untuk melakukan amaliyah,” bebernya.

Menurut dia, aparat harus mempelajari jaringan teror perempuan. Padahal, penggalian cukup dengan melihat petanya.

“Jadi upaya-upaya untuk memahami jaringan perempuan itu sendiri belum begitu kuat atau belum begitu banyak dilakukan oleh aparat. Makanya kita jarang untuk memahami serius polanya seperti apa,” bebernya.

Dia mengapresiasi penangkapan teroris oleh aparat. Namun, sayangnya mereka hanya fokus pada laki-laki. Padahal, perempuan punya posisi yang sama strategisnya dengan laki-laki. 

Bagaimana mereka bisa merekrut perempuan? Menurut dia, biasanya dilakukan online. Karena kalau perempuan-perempuan ini kadang sambil jualan online. Apalagi sekarang masa pandemi itu lebih banyak online. Lalu kajian online gitu dan itu bisa antarpulau antarprovinsi. [UMM]
]]> . Sumber : Rakyat Merdeka RM.ID .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories